Connect with us

Ekonomi

Pengusaha di Surabaya Keluhkan Efektivitas Tol Laut ke Papua

Published

on

SURABAYA, Kabartanahpapua.com – Sejumlah pengusaha penyuplai sembako di Surabaya mempertanyakan efektivitas subsidi untuk program Tol Laut ke Papua. Pasalnya, tarif pengiriman barang dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ke Pelabuhan di Papua yang dilayani Program Tol Laut sejauh ini masih sangat mahal.

Hal tersebut disampaikan Alfian, salah seorang pelaku bisnis di Surabaya yang menilai program Tol Laut ke Papua masih jauh dari harapan.

“Kenyataan di lapangan harga-harga barang yang dikirim ke Papua relatif tidak mengalami perubahan yang berarti meskipun pengiriman barang menggunakan kapal-kapal Tol Laut yang disubsidi. Biaya pengiriman masih tetap saja tinggi,” ujar Alfian di Surabaya, Kamis (12/9/2019).

Ia mengaku rutin mengirim sembako dua kali per bulan dari Pelabuhan Tanjung Perak ke Pelabuhan Agats, Kabupaten Asmat dan Pelabuhan Fakfak, Kabupaten Fakfak. Sembako itu untuk memenuhi kebutuhan pasar di beberapa kota di Papua.

Selain biaya pengiriman tinggi, kata dia, untuk mendapat kapal yang melayani Program Tol Laut juga tidak mudah.

“Penggunaan tol laut tidak semudah yang dibayangkan, karena setiap kami konfirmasi ke ekspedisi atau pelayaran rata-rata dijawab kalau tol laut sudah penuh. Ya terpaksa akhirnya balik ke jalur reguler,” paparnya.

Sebagai pelaku bisnis, ia tidak punya pilihan lain untuk pengiriman barang yang lebih ekonomis. Kondisi ini semakin sulit karena tidak ada transparansi jumlah kuota kapasitas pengangkutan tol laut.

“Seringkali jatah kontainer untuk tol laut itu habis, padahal kami pesan itu sudah jauh-jauh hari, hingga dua bulan sebelumnya. Tapi tetap saja tidak kebagian,” katanya.

Ia mengungkapkan ada perbedaan tarif tol laut yang berlaku di lapangan oleh pihak kapal dan pihak ekspedisi (EMKL).

Misalnya, tarif pengiriman untuk dry container ke Fakfak. Pihak kapal memasang tarif sebesar Rp3.809.500 ditambah biaya administrasi pada kisaran Rp3 juta hingga Rp3,5 juta. Sementara tarif dari pihak ekspedisi pada kisaran Rp9 juta hingga Rp11 juta.

Sementara untuk tujuan Pelabuhan Agats, tarif dari pihak kapal sebesar Rp3.327.500 tambah biaya administrasi, sedangkan dari ekspedisi mencapai Rp15 juta.

“Ini butuh tranparansi sebab tarif pengiriman via tol laut antar ekspedisi bisa berbeda-beda, padahal rutenya sama,” tuturnya.

Ia berharap pemerintah pusat khususnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) segera menindaklanjuti keluhan di lapangan agar pelaksanaan program ini bisa berjalan efektif.

“Saya selalu mendengar Pak Presiden Jokowi akan mengecek pelaksanaan setiap program pemerintah di lapangan. Saya ingin efektivitas subsidi angkutan barang pada program Tol Laut ini juga dicek di lapangan sehingga ada perbaikan ke depan,” pungkasnya. (Ong)

Komentar