Connect with us

Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Papua Melambat Akibat Regulasi Izin Ekspor Mineral

Published

on

Jayapura, Kabartanahpapua.com – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua, Joko Supratikto mengatakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua 2017 mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Menurut Joko, pertumbuhan ekonomi Papua 2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,0-4,4 persen (year on year, yoy), jauh dibanding 2016 yang tumbuh sebesar 9,2 persen (yoy).

“Pertumbuhan ekonomi (Papua) tidak setinggi tahun lalu yang tumbuh 9,2 persen. Tahun ini kita perkirakan lebih rendah dari itu sekitar 4,0-4,4 persen (yoy),” kata Joko  pada Pertemuan Tahunan BI di Jayapura, Kamis (14/12/2017).

Regulasi izin ekspor mineral, kata Joko, menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian Papua pada 2017. Faktor lain yang berpengaruh adalah rendahnya realisasi belanja pemerintah yang berdampak pada usaha konstruksi. Perkembangan lapangan usaha konstruksi pada 2017 lebih rendah dibanding 2016.

“Sekali lagi pertumbuhan ekonomi Papua sangat tergantung tambang ya. Kemarin kan sempat bermasalah terkait izin ekspor, tetapi ini kan sudah semester akhir jadi bisa digenjot produksinya tetapi tidak sebanyak tahun lalu,” kata Joko

Di sisi lain, kata Joko, perkembangan kinerja konsumsi rumah tangga yang masih terjaga pada 2017  menjadi salah satu faktor penopang perekonomian Papua.

Faktor yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga diantaranya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2017 sebesar 9,39 persen (yoy) dibanding 2016. Selain itu tekanan inflasi selama 2017 yang cenderung lebih terjaga dibanding 2016.

Pada triwulan III 2017, inflasi di Papua masih sangat terkendali dan mencapai level 1,43 persen (yoy). Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,10 persen (yoy). Angka inflasi Papua ini, jauh lebih rendah dari inflasi nasional 2017 yaitu 3,72 persen (yoy). Inflasi pada triwulan ini juga berada di bawah target inflasi nasional 2017 yaitu sebesar 4±1 persen (yoy).

“Ini artinya walaupun pertumbuhan ekonomi Papua pada 2017 melambat, namun daya beli masyarakat masih terjaga. Jadi masyarakat masih mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya,” kata Joko. (Ong)

Komentar